Raja Pertama Di Eropa

Raja Pertama Di Eropa

Awal kedatangan Portugis di Malaka

Pencarian rempah-rempah menjadi latar belakang kedatangan Portugis ke Malaka.

Pada masa imperialisme kuno, Portugis dan Spanyol menjadi dua kerajaan Katolik yang paling maju dalam kekuatan armada laut, teknologi navigasi, dan perkapalan.

Bangsa Portugis dan Spanyol pun menjadi pelopor penjelajahan samudera pada masa itu.

Hingga pada akhirnya, Raja Portugal mendengar laporan-laporan dari pedagang Asia tentang kekayaan rempah-rempah yang sangat besar di Malaka.

Raja Portugal kemudian mengutus Diogo Lopes de Sequeira berlayar ke Malaka dengan misi menjalin persahabatan dengan penguasa daerah itu.

Pada 1509, Portugis pun akhirnya menjadi bangsa Eropa pertama kali yang tiba di Indonesia, tepatnya di Malaka.

Kedatangan Portugis pun sempat disambut baik oleh penguasa Malaka, Sultan Mahmud Syah.

Namun, Sultan Mahmud kemudian memerangi Portugis setelah diyakinkan oleh komunitas pedagang Islam Interasional bahwa kedatangan bangsa Eropa itu merupakan ancaman bagi Malaka.

Mendapatkan perlawanan itu, Portugis kemudian justru bertekad menaklukkan Malaka demi memperkuat kedudukan dan menguasai rempah-rempah.

Afonso de Albuquerque kemudian memimpin pasukan Portugis yang diperkuat 1.200 orang dalam 17 atau 18 kapal untuk menyerang Malaka, Mereka mulai berlayar dari Portugis pada April 1511.

Pertempuran pun terjadi sepanjang Juli hingga Agustus 1511 hingga Portugis akhirnya menang.

Baca juga: Benarkah Relief Candi Penataran Bukti Penaklukan Bangsa Maya?

© 2024 — Senayan Developer Community

Dortmund - Cristiano Ronaldo mencapai semua rekor di kompetisi Liga Champions dan terbaru di Euro. CR7 bak menjadi 'Raja' di Eropa!

Euro 1960 menjadi pembuka gelaran sepak bola bergengsi di belahan benua Eropa. Euro pertama, berawal dari buah perjuangan Henri Delaunay dan diakhiri dengan kemenangan Uni Soviet.

Delaunay merupakan pencetus kejuaraan Piala Eropa yang kemudian disebut Euro. Ia merupakan tokoh sepak bola Prancis yang berpengaruh di Eropa dan Dunia.

Bersama Jules Rimet, Delaunay membidani kelahiran FIFA dan Piala Dunia. Setelah itu, Delaunay bermimpi menyatukan banyaknya kejuaraan di Eropa menjadi satu nama, Euro.

Delaunay berjuang dengan melakukan lobi-lobi ke negara Eropa Barat dan Eropa Timur. Sayang, belum sempat menyaksikan kelahira Euro, Delaunay wafat pada 1955 dan perjuangannya diteruskan oleh putranya, Pierre Delaunay.

Pierre meneruskan cita-cita ayahnya. Proposal kejuaraan antarnegara Eropa itu diterima dan lahirlah European Nations Cup alias Euro 1960. Trofi juara dinamakan trofi Henri Delaunay sebagai penghormatan kepada sang pencetus kejuaraan.

Euro 1960 merupakan kejuaraan sepak bola yang cukup Panjang. Euro pertama digelar selama 22 bulan antara 1958 hingga 1960 yang dimulai dengan pertandingan kualifikasi dan diikuti 17 negara.

Negara-negara dengan akar sepak bola yang kuay seperti Italia, Inggris, dan Jerman Barat tidak turut serta. Padalah, UEFA sudah mengundang 33 negara dan hanya 17 yang siap bertanding.

Kualifikasi pada gelaran pertama ini digelar dengan format kandang-tandang hingga babak perempat final. Baru ketika masuk semifinal berformat knock-out di satu tempat saja, yang diadakan di Prancis.

Dengan 17 partisipan, harus ada peserta yang tersisih agar bisa memulai babak 16 besar sebagai babak kualifikasi. Terjadilah pra-kualifikasi yang ditentukan melalui undian yang mana Cekoslowakia menang atas Republik Irlandia 4-2.

Antusiasme orang-orang Eropa menyaksikan Euro juga cukup ‘wah’. Setidaknya pertandingan pertama di Kualifikasi Euro 1960 antara Uni Soviet kontra Hungaria disaksikan 100 ribu pasang mata. Laga tersebut dimenangkan Soviet dengan skor 3-1.

Namanya turnamen pertama, skor-skor besar pun terjadi di beberapa laga. Ambil contoh, Prancis menang 8-2 atas Yunani. Lalu Spanyol yang menyingkirkan Poalndia 7-2 dan Ceko menang 7-3 atas Denmark.

Bermain di era politik Eropa yang panas membuat laga Spanyol dan Soviet tercoreng dengan kebijakan politik. Spanyol yang diperintah Jenderal Franco yang fasis enggan berhadapan dengan Soviet pimpinan Nikita Kruschev yang komunis.

Spanyol ‘malas’ bertandang ke Soviet dan Franco tak mau memberikan visa masuk ke Spanyol kepada para pemain Soviet. Alhasil, Spanyol mundur dan Soviet pun melaju ke semifinal.

Blok barat dan blok timur

Semifinal Euro 1960 digelar di Prancis dan diikuti Uni Soviet, Cekoslowakia, Yugoslavia, serta tuan rumah Prancis. Soviet, Ceko, dan Yugoslavia adalah negara Blok Timur lalu Prancis dari Blok Barat.

Soviet bertemu Ceko di Marseille dan tim Merah-Kuning itu berhasil menang 3-0 melalui dwigol Valentin Ivanov dan sebiji gol dari Viktor Ponedelnik.

Sementara di Paris, Yugoslavia berhasil menang atas tuan rumah Prancis dengan skor 5-4 melalui pertandingan sengit karena saling mengejar skor. Prancis kalah tanpa dua pemain andalannya, Just Fontaine dan Raymond Kopa.

Yugoslavia, yang dibela Dragoslav Sekularac dan Bora Kostic, menunjukkan dominasi pada menit-menit awal pertandingan. Namun, gol baru tercipta pada menit ke-53 setelah umpan silang Drazen Jerkovic berbelok karena mengenai kaki Milan Galic, membuka keunggulan bagi Yugoslavia.

Kiper legendaris Lev Yashin berkali-kali berhasil menahan gempuran Yugoslavia. Saat Soviet balik menyerang, tendangan jarak jauh Valentin Bubukin tidak mampu diantisipasi sempurna oleh Blagoje Vidinic.

Bola muntah kemudian disambar oleh Slava Kalistratovich Metreveli, menyamakan kedudukan empat menit setelah babak kedua dimulai.

Kedua tim memiliki peluang untuk mencetak gol kemenangan, namun Ivanov dari Soviet dan Jerkovic dari Yugoslavia gagal memanfaatkan peluang yang mereka dapat.

Akhirnya, pertandingan ditentukan oleh sundulan Viktor Ponedelnik tujuh menit sebelum babak perpanjangan waktu selesai. Uni Soviet pun merengkuh gelar juara. Soviet sukses menjadi Raja Eropa pertama kali.

Sementara itu, pemain Yugoslavia, Milan Galic mencatatkan rekor dunia dengan mencetak gol dalam 10 pertandingan internasional berturut-turut. Tiga bulan kemudian, bersama rekan-rekannya, Galic memenangkan medali emas di Olimpiade Roma, sekaligus menambah prestasi gemilangnya.

Terdapat 10 negara yang pernah menjadi kampiun sepak bola di benua Eropa. Jerman dan Spanyol adalah dua negara tersukses di Kejuaraan Piala Eropa, sama-sama mengumpulkan tiga gelar juara.

Jerman paling sering mencapai di final, yaitu sebanyak enam kali, dengan separuhnya sebagai tim Jerman Barat.

Selanjutnya Perancis dan Italia menyusul di belakang Tim Panser dan skuad Matador dengan torehan dua titel.

Sementara, ada enam negara yang masing-masing mengoleksi satu trofi, yakni Rusia/Uni Soviet, Ceko/Cekoslovakia, Denmark, Yunani, Belanda, serta Portugal.

Selain 10 negara yang menjadi juara, ada tiga negara yang menjejak hingga ke babak final. Mereka adalah Serbia (yang kala itu menjadi bagian Yugoslavia) dua kali mencapai babak final (1960, dan 1968), Belgia (1980,) dan Inggris (2020).

Italia merupakan negara terakhir yang menjadi kampiun Eropa. Gli Azzuri meraih trofi untuk kedua kalinya di EURO 2020 setelah mengalahkan Inggris di partai puncak lewat adu pinalti 3 – 2.

Sumber Data:Union of European Football Associations (UEFA)

Infografik:Albertus Erwin Susanto

Pengolah Data:Dwi Erianto

Editor:Topan Yuniarto

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

Let’s watch this show on the app!

Scan this QR to download the Vidio app.

Persaingan dalam berburu trofi Euro 2024 akan mulai berlangsung pada 14 Juni. Ajang kali berlangsung di Jerman yang akan jadi tuan rumah untuk kali kedua setelah Euro 1988 ketika masih mengusung nama Jerman Barat.

Tim-tim kuat diprediksi akan bisa melaju jauh di turnamen paling bergengsi benua biru ini. Artinya, kesempatan untuk tim-tim kuda hitam untuk membuat kejutan bisa dikatakan persentasenya kecil untuk terjadi.

Prancis, Inggris, Portugal, Jerman, dan Spanyol diyakini akan punya peluang untuk mengangkat trofi di Euro edisi ke-17 ini. Sedangkan Italia yang berstatus juara bertahan dinilai bukan tim favorit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prancis layak untuk berada di posisi paling depan dalam daftar unggulan. Meski mentok di 16 besar saat Euro 2020, Les Bleus datang dengan status runner up Piala Dunia 2022.

Sosok Kylian Mbappe akan jadi pemimpin dalam perburuan gelar Euro ketiga mereka. Prancis terakhir kali juara tahun 2000 saat ajang ini berlangsung di Belanda dan Belgia.

Inggris berada di urutan berikutnya sebagai kandidat juara. The Three Lions didukung materi pemain yang mumpuni untuk mewujudkan mimpi meraih gelar Euro untuk kali pertama setelah menelan pil pahit di Euro 2020.

Asa Inggris untuk mengangkat trofi di rumah sendiri digagalkan Italia yang menang adu penalti 3-2 setelah skor imbang 1-1 selama 120 menit di Stadion Wembley, London, 11 Juli 2021.

Inggris punya Harry Kane sebagai ujung tombak di lini depan. Sektor tengah tim arahan Gareth Southgate juga bertabur bintang dengan kehadiran nama-nama seperti Jude Bellingham, Phil Foden, Cole Palmer, Declan Rice hingga Kobbie Maino.

Kans untuk mengangkat trofi juga dipunyai oleh Portugal. Semangat para pemain Portugal dipastikan berlipat karena ini akan jadi turnamen Euro terakhir buat Cristiano Ronaldo.

CR7, julukan Ronaldo, yang tetap tampil tajam bersama Al Nassr punya ambisi untuk meraih gelar Euro keduanya setelah tahun 2016. Jika ini bisa dilakukan maka gelar Ballon d'Or bisa saja menjadi miliknya.

Jerman sebagai tuan rumah juga pantang untuk dilupakan. Bermain di hadapan publik sendiri akan jadi tambahan motivasi tersendiri buat Toni Kroos dan kawan-kawan untuk sampai garis finis di ajang ini.

Sementara itu, Denmark bisa menjadi kuda hitam. Begitu pula dengan Turki dan Swiss yang pantang untuk diremehkan dalam gelaran Euro tahun ini.

Andalusia merupakan sebutan bagi wilayah kedaulatan Islam di Semenanjung Iberia. Sejak abad kedelapan, sebagian besar daerah di ujung barat Eropa itu berada dalam kendali Bani Umayyah.

Bahkan, pada 929 M Abdurrahman III memproklamasikan berdirinya kekhalifahan baru di sana, guna menyaingi Abbasiyah di Asia dan Fatimiyah di Afrika Utara. Kota Kordoba kemudian ditetapkannya sebagai pusat pemerintahan.

Memasuki abad ke-11 M, Kekhalifahan Kordoba kian bersengkarut akibat berbagai prahara politik. Akhirnya, negara Umayyah di Andalusia itu pun runtuh. Dalam dua dekade, yakni 1010-1030 M, antarelite Muslim setempat hanyut dalam persaingan demi mempertahankan kekuasaan. Mereka berambisi melemahkan lawan-lawan politiknya yang sesungguhnya saudara seiman walaupun harus bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan Kristen di perbatasan.

Prof Raghib as-Sirjani dalam Bangkit dan Runtuhnya Andalusia (2013) menuturkan, sejumlah ulama dan bangsawan berkumpul di Kordoba pada 1031 M/422 H.

Pertemuan yang dipimpin qadi agung Kordoba Abu al-Hazm bin Jahur itu sampai pada kesimpulan yaitu tidak ada lagi kalangan Bani Umayyah yang layak untuk mengatur urusan negeri. Hadirin kemudian setuju untuk membentuk sebuah dewan syura yang berfungsi menjalankan roda pemerintahan negara.

Bagaimanapun, pengaruh para elite Kordoba sesungguhnya hanya menjangkau kota tersebut. Adapun bagian-bagian lainnya dari keseluruhan Andalusia tidak memedulikan (bekas) jantung kekuasaan Umayyah itu. Setiap dari mereka menganggap diri merdeka sepenuhnya.

Dengan perkataan lain, Andalusia benar-benar sudah terpecah. Yang dahulunya bersatu di bawah bendera yang sama, kini memaklumkan kedaulatan.

As-Sirjani mengatakan, itulah awal dari masa Duwailat ath-Thawa`if atau Muluk ath-Thawa`if. Menurut Morony dalam The Encyclopaedia of Islam (1993), secara kebahasaan muluk ath-thawa`if berarti ‘raja-raja yang menguasai bagian-bagian teritorial.’

Istilah itu mulanya merujuk pada situasi di bumi Iran pada masa antara penaklukan Iskandar yang Agung (336-323 SM) dan terbentuknya Imperium Persia (224 M). Dalam kurun waktu tersebut, kawasan itu terbagi-bagi menjadi kerajaankerajaan kecil yang saling bertempur, alih-alih bersatu.

Sejarawan Muslim dari abad ke-11, Said al-Andalusiy, kemudian mengadopsi terminologi itu untuk menjelaskan keadaan Andalusia pasca jatuhnya Daulah Umayyah.

Wilayah Muslimin di Iberia kala itu mencakup sekira 450 ribu km persegi. Region seluas itu mewujud sebagai negeri-negeri kecil (thawa’if) yang independen satu sama lain. Jumlahnya puluhan, tetapi yang terkuat di antaranya adalah 22 negara.

Masing-masing dipimpin dinasti yang berlainan serta menerapkan struktur pemerintahan yang lengkap: mulai dari pemimpin, kementerian, pasukan militer, hingga duta-duta besar. Mereka telah kehilangan unsur paling utama dalam kekuatan, yaitu persatuan, tulis as-Sirjani.

Munculnya thawa`if (tunggal: tha`ifah) itu tentunya membuat suka cita raja-raja Kristen Eropa. Sebab, mereka sudah lama menghendaki kemunduran Islam di Iberia. Secara geografis, kerajaan-kerajaan, seperti Leon, Kastila, Navarra, dan Aragon berbatasan dengan sisi utara Andalusia.

Sejak bubarnya Dinasti Umayyah, mereka kian berani mengganggu daerah-daerah perbatasan. Bahkan, kelompok-kelompok yang lemah secara militer atau ekonomi dipaksanya untuk menyerahkan upeti. (UYR/Republika)

KOMPAS.com - Portugis adalah bangsa Eropa yang kali pertama mendarat di Indonesia.

Bangsa Portugis diperkirakan tiba di Malaka pada 1509. Pada awal kedatangannya, Portugis hanya berniat untuk berdagang di Indonesia.

Kedatangan Portugis pun sempat disambut ramah oleh pribumi Nusantara.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Portugis berniat menguasai Indonesia dengan memonopoli rempah-rempah.

Baca juga: Tujuan Bangsa Portugis ke Indonesia

Anda mungkin ingin melihat